Menganyam Harapan sebagai Pembuka Jalan Hidup Perempuan Penganyam Pandan Menggelar Masa Depan
![]() |
Jantung saya seketika berhenti sepersekian detik saat menyaksikan sendiri didepan mata segerombolan remaja laki-laki mengambil goni berisi penuh yang kami juga kurang tau isinya apa, dari mobil pick up yang tengah mengantre dalam kemacetan diluar pintu tol Belawan. Dua anak mengalihkan perhatian supir dan kernet dengan mengajak ngobrol, tiga anak dibelakang mengangkut logistik yang bisa dijarah.
“Kita triak aja beritahu supirnya?" saranku pada kakak yang sedang fokus menyetir. “Kau mau kita kenapa-kenapa, kaca mobil bisa dipecahkan ban dikempeskan dan kita dalam bahaya.”
Beginilah kehidupan runyam di daerah pinggir laut yang terkenal tingkat ekonomi dan sumber daya manusia rendah. Bahkan temanku yang berprofesi sebagai guru berpendapat jika kau bisa mengajar anak pinggir Pelabuhan Belawan berarti kau bisa mengajar semua anak di sekolah manapun.
Tugas Tokoh Masyarakat di daerah tersebut sungguh berat, belum lagi karakter sebagian besar orang Medan yang keras, tingkat pendidikan dan ekonomi rendah menjadi penyebab sebuah daerah rawan kriminal. Mana dulu yang harus dibenahi?
Pikiran saya meraung-raung sepanjang jalan menuju Kabupaten Serdang Bedagai tepatnya Desa Pantai Cermin Kanan yang menjadi desa penerima Anugerah Kampung Berseri Astra. Apakah setiap kehidupan dipinggiran laut seperti itu ?
Menyisir Kehidupan Desa Pantai Cermin Kanan
Terik matahari yang menyengat ubun-ubun menyambut kedatangan kami, matahari memang lebih royal di daerah pesisir. Tapi saya tidak melihat anak usia sekolah sedari tadi yang berkeliaran, justru bapak – bapak yang sedang duduk di warung kopi melepas lelah sepulang dari laut dan menjual hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan.
Dilihat dari perahu yang merapat di dermaga muara, kapal tradisional bukan kapal penerjang tengah lautan ganas. beda laut beda jenis ikan yang didapat. Kebanyakan rajungan, ikan kembung dan gurita yang nantinya dikirim ke pengepul untuk dijual ke rumah makan seafood.
Jika cuaca buruk sudah pasti nelayan urung ke laut karena risiko mengancam keselamatan alih-alih membawa hasil laut justru tinggal nama. Lantas bagaimana dapur bisa ngepul kalau hasil laut tidak terkumpul ke pengepul.
Peran perempuan dalam rumah tangga tidak bisa dipandang sebelah mata. Penghasilan sampingan yang didapat dari tangan dingin perempuan justru menyelamatkan pondasi ekonomi keluarga yang nyaris gontai. Semua hal akan dilakukan demi mendapatkan uang halal seperti berdagang, bekerja paruh waktu dan menganyam tikar pandan. Meski terlihat menjemukan justru menganyam tikar pandan seperti investasi jangka panjang yang menjanjikan
Bertahun-tahun melihat kondisi kehidupan di desanya. Eva Harlia tidak tinggal diam memanfaatkan sumber daya alam yang tumbuh berlimpah di pesisir Pantai ditambah keahlian turun temurun perempuan Melayu dalam mengayam pandan. Berawal hobi Mengisi waktu luang membunuh rasa bosan sambil bercengkrama dengan tetangga di teras rumah kini mengayam pandan adalah sebuah karir perempuan-perempuan di Desa Pantai Cermin Kanan Kabupaten Serdang Bedagai.
Menyatukan berbagai karakter dan isi kepala bagai jalinan anyaman yang rapi pantang terburai
Jika sudah teranyam dan membentuk tikar maka helai demi helai pandan tidak akan mudah lepas. Begitulah kerja keras Eva menyatukan ibu-ibu warga sekitar untuk berdayakan diri saling mengait satu sama lain dalam satu komando Eva.
Kerja keras itu berbuah nyata, pundi-pundi uang sudah bisa dirasa dan dinikmati hasilnya, ibu-ibu kini tak khawatir kalau suami pulang tidak membawa tangkapan yang cukup. Dulu jangankan untuk biaya sekolah untuk makan sehari-hari saja kadang kurang. Kini tiap keluarga minimal anak bersekolah hingga menengah atas bahkan perguruan tinggi.
Tiap orang mampu menganyam satu lembar tikar dalam satu hingga dua hari dan diupah Rp.2.000.000 – Rp.3.000.000 per bulan. Saat orderan sedang meningkat satu orang mampu menyelesaikan satu lembar tikar dan diupah Rp.100.000 per hari. hampir seratus pengrajin yang sudah diberdayakan di Desa Pantai Cermin Kanan, itu berarti masalah lapangan pekerjaan di sana mulai teratasi.
Perempuan berpenghasilan akan memiliki daya dan tidak mudah direndahkan berpasrah pada nasib kondisi keluarga. Kalau ibu stres anak-anak bisa lebih stres lalu mencari pelarian di lingkuangan luar berisiko terimbas kenakalan remaja yang berujung tindakan kriminal.
Rumah sebagai lembaga masyarakat terkecil harus dibenahi dari dalam agar tidak merembet meluas. Maka ada perumpaan “jangan buru-buru menikah kalau tidak punya uang karena akan menciptakan kemiskinan yang lain”.
Tradisi Nenek Moyang Masih Menjadi Pegangan
Ternyata nenek moyang melayu pesisir sejak dahulu sudah mengancang-angcang sebelum melangkah ke jenjang pernikahan dengan tradisi Perempuan yang hendak menikah harus bisa menganyam tikar pandan yang nanti dibawa ke rumahnya. Sebuah makna tersirat bahwa berumah tangga minimal harus punya “modal” dan perumpamaan nenek moyang dahulu masih terpakai hingga kini.
Dalam naungan Menday Gallery yang didirikan Eva dan tim nya dengan telaten, masa depan perekonomian masayarakat pesisir mulai tergelar luas. Kemampuan story telling Eva yang mumpuni berhasil meluluhkan hati siapa saja yang mendengar pasti tertarik dan membeli karya anyaman seperti suvenir unik, dompet, selop, topi, tas, kover notebook dan tikar alas duduk. Pemasaran dilakukan baik daring dan luring serta bekerja sama dengan mahasiswa yang berjiwa muda dan melek teknologi
Proses pembuatan anyaman pandan cukup Panjang dan butuh ketelatenan. Dari memanen pandan, disiangi durinya lalu diiris menjadi 8-16 helai menggunakan pisau atau benang nilon. Lanjut dengan penjemuran 2-3 hari jika matahari bersahabat. Irisan pandan yang sudah berkurang kadar airnya lalu di besut / serut dengan kayu agar mudah dibentuk. Sebagain helaian pandan kering diberi warna alami sebagai motif sisanya dibiarkan warna cokelat alami. Barulah pandan siap dianyam pengrajin.
Dari Pinggir Pantai Hingga Ruang Tengah Rumah Mancanegara
Sesuatu yang diproduksi dengan hati akan sampai ke hati meski harus bersaing dengan produk berteknologi tinggi. Selera tidak pernah salah bukan? semakin kemari semakin banyak yang sadar bahwa menggunakan produk alami lebih sehat, artsy, dan tanpa rasa bersalah atas pencemaran lingkungan. Itulah mengapa anyaman pandan memiliki peminatnya sendiri.
Kampung Berseri Astra merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar inprogram yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan
Melalui program Kampung Berseri Astra ini masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.
Kini kedudukan perempuan dalam rumah tangga tidak hanya sebagai pendamping suami dan nerimo, karena tidak semua masalah bisa deselesaikan dengan tepuk sakinah tapi butuh aksi nyata. Terima kasih mbak Eva Harlia atas aksi nyatamu terima kasih Satu Indonesia Astra atas apresiasimu. Semoga semakin menginspirasi perempuan-perempuan lain dalam memberdayakan daerahnya.
Sumber :
Wawancara langsung dengan Ibu Eva Harlia dan beberapa nelayan serta pengrajin
Instagram @mendaygalleryandsouvenir
Kusnadi, 2002. Akar Kemiskinan Nelayan. LKIS . Yogyakarta
(Dalam skripsi Kemiskinan & Nelayan Tradisional Di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan
Oleh Sarah Dina, Graduate Student, Economic Department, State University Of Medan )
May Sarah, 2020, Kehidupan Sosial Ekonomi Perempuan Perajin Tikar di Desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. skripsi. Medan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera utara












6 Comments
Ooh... Gitu rupanya cara buat pandan jadi anyaman ya...
BalasHapusEh , pandan yang untuk masak itu sama gak sih?
Btw, pas baca bagian.... Kemampuan story telling Kak Eva... yang siapapun yang dengar, pasti jadi beli... itu... Jadi kayak... Eh, Kakak ini punya jampi-jampi...kalau dianya udah ngomong, dah la... Kenak la kalian jadi belik. Wkkk....
So, jampi-jampi kalau di sopspokenkan jadi 'ilmu story telling'🤣
Pandan wangi gak bisa kak, terlalu tipis.
HapusIya kak enak x dengar kakak itu cerita pingin borong.
Mantap kaliiii. Baru tahu aku ada galeri ini di Sumut. Bagus-bagus sekali karyanya. Ini emang beneran menginspirasi.
BalasHapusKalau ke pantai cermin beli kak, gak rugi koleksi minimal satu.
HapusGaya penceritaannya itu loh yang paling disukai. Apalagi penutupnya, nggak bisa hanya modal tepuk Sakinah dalam menaikkan perekonomian.
BalasHapusSeru kali artikel kali ini berasa jalan jalan awak.
Kak, jadi terispirasi gimana ya kalau kita tuh sukses dari desa.
Yakan, sukses gak harus merantau dulu. Kita coba peka dengan potensi di diri kita & sekitar. Bisa lebih baik berdaya diatas kaki sendiri
Hapus