Bagaimana Kabarmu Hari Ini Saudaraku ?
Menanyakan kabar mungkin terkesan basa basi bagi sebagian
orang apalagi orang yang ditanyakan selalu ditemui setiap hari baik dalam
lingkungan sekolah, kampus, maupun tempat kerja.
Di kelas mata pelajaran bahasa inggris sejak sekolah dasar pun sebelum memulai pelajaran ketua kelas saya selalu memulai greeting
“Stand up please !”
“ Good morning Miss …”
“ Good morning everybody, how are you today ?”
“ Im fine, thanks. And you?”
“ Im fine too, thanks.”
Padahal belum tentu semua siswa dalam kondisi fine fine wae, bisa aja lagi mencret karena pagi – pagi dikasih sarapan mamaknya ikan sarden pake cabe caplak Rajang-rajang.
Mungkin jawaban Baik-baik saja bisa dijadikan sugesti agar semoga kita selalu dalam keadaan baik.
Di masa pandemi yang aku yakin kita semua sedang dalam kondisi sangat tidak Baik-baik saja sekalipun tetap berusaha terpaksa Baik-baik saja. Kita yang sedang tidak bisa bertatap muka langsung dengan teman teman kita, sudahkah menanyakan kabar nya, apakah mereka Baik-baik saja ? jika tidak apakah ada yang bisa kita lakukan untuk saling membantu.
Jujur, saat dalam masalah setiap orang butuh teman curhat untuk melepaskan unek unek di hati biar lebih plong. Walaupun dia tau kita gak bisa kasih solusi tapi cukup menyedikan telinga kita untuk mendengar keluh kesahnya sudah lebih dari cukup, yekan ?
ya kita pasti juga punya masalah lebih berat dari dia Cuma gak perlu lah kita bilang “Kau mending kayak gitu, lah aku lebih parah.” Pak kenapa jadi adu berat beratan nasib (tepok jidat Lohan)
Penelitian yang dilakukan oleh Time to Change yang melibatkan 2.000 orang di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 78 persen orang yang mendapatkan pertanyaan "Apa kabar?" akan memberi jawaban "Baik-baik saja". Jawaban ini diberikan meskipun mereka sebenarnya sedang merasakan suasana hati yang buruk, kecemasan maupun masalah kesehatan mental lain.
Sebab para responden merasa tidak yakin jika penanya
benar-benar ingin tahu kondisi mereka.
"Kita mendengarnya berkali-kali dalam sehari, 'Apa kabarmu?, 'Baik-baik
saja, bagaimana denganmu?'," ungkap Direktur Time to Change Jo Loughran
seperti dilansir The Sunday Post,
Kamis (4/10).
Sedangkan 39 persen responden yang menjawab jujur saat ditanya "Apa kabar?" karena yakin bahwa lawan bicaranya benar-benar ingin mendengarkan kabar mereka.
Menurut Time to Change orang yang sulit menjawab pertanyaan “apa kabar ?” dengan jujur merupakan pertanda bawah ada sesuatu masalah dengan kesehatan mentalnya.
Bisa jadi mereka sedang menunggu isyarat pertanyaan apa kabar dari kalian. Coba deh perhatiakan status sosial media kawan kalian, kalau kira–kira ada “something” bisa jadi itu kode dia sedang butuh teman curhat.
Teman saya pernah bercerita salah satu murid nya di SMK yang selalu ceria. Setiap dia Tanya kabarnya selalu dijawab baik , suatu hari dia melihat murid nya tampak tidak seceria biasanya dia tanya kabar nya ternyata benar si anak sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja selama ini anak yang dia lihat ceria dan tegar tenyata mengalami intimidasi dan kekerasan di keluarganya.
Ada juga kisah seseorang yang gagal bunuh diri karena selalu ditanya kabar oleh orang-orang secara random dan tersenyum padanya. (kalau ada link nya share ya gaes)
Karena di masa pandemi mendengar update jumlah pasien corona yang bertambah aja bisa bikin insecure, belum lagi berita pemutusan tenaga kerja dan lainnya.
Saat kita tidak bisa berbagi dalam bentuk materi mungkin kita bisa berbagi menyediakan telinga kita untuk mendengar. Be support system.
Karena berbagi gak hanya dengan ind*mie sekardus bisa juga dengan hal sederhana seperti senyuman atau pertanyaan “ apa kabar ?” yang tulus.
Jadi, bagaimana kabarmu hari ini? ngopi yuk.