Cegah Risiko Hoarding Disorder dengan Kepul

by - Jumat, November 01, 2024

 

Sumber : Kompas.com

Mengumpulkan Sampah = Menimbun Masalah

Sampah barang bekas pakai yang menumpuk di rumah seperti botol, kemasan kardus, wadah plastik rusak biasanya hanya berakhir di sudut ruangan sampai berdebu dan tidak ada kejelasan nasibnya. Alhasil hanya menyemak di rumah tidak berguna tapi tidak disingkirkan.

Kebiasaan menimbun barang plastik, kardus yang tidak terpakai disebut Hoarding disorder atau perilaku orang yang gemar menimbun barang-barang tidak berguna karena dianggap berharga atau merasa ‘nanti akan berguna’. Padahal kebiasaan ini jika dilakukan berkepanjangan akan beresiko gangguan mental.

Gejala nya dimulai dengan mengumpulkan barang – barang secara bertahap antara lain barang yang tidak memiliki nilai ekonomi seperti amplop, struk pembelian, surat tagihan tidak terpakai. Enggan membuang barang yang sudah rusak , Tidak suka bila ada orang yang membersihkan tumpukan barangnya. Sering merasa cemas saat akan membuang barang yang tidak diperlukan padahal bisa jadi dapat membahayakan keselamatan maupun kesehatannya seperti bahan mudah terbakar.

 

Hoarding disorder dianggap menjadi masalah serius jika jumlah barang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Misalnya, penderita tidak bisa lagi menggunakan dapur kamar tidur, atau sulit mengakses dari satu ruangan ke ruangan lain. Penderita hoarding disorder umumnya jarang memeriksakan diri ke dokter karena merasa tidak ada yang salah atau janggal dengan perilakunya, akibatnya meningkatkan resiko berbagai masalah Kesehatan penderita dan anggota keluarga yang tinggal Bersamanya.

Hoarding disorder dapat dicegah dengan kesadaran penuh tentang pentingnya edukasi terhadap barang tidak terpakai yang berpeluang sebaga sampah. Mulai dengan mengkelompokkan barang sesuai katagori, simpan, buang, daur ulang. Membuang benda yang tertimbun secara bertahap tiap akhir pekan, disumbangkan kepada yang kerabat terdekat yang membutuhkan,  menjual ke jasa pembeli barang bekas. Dengan begitu kita tidak hanya menyelamatkan diri kita dan lingkungan tapi juga menambah pemasukan.

Tukang Botot, julukan pemulung barang bekas di Kota Medan dan sekitarnya.

“Bot… botot… buk ada yang mau dijual gak ?” treak tukang botot dari atas becak barang yang berkeliling dari satu gang ke jalan kecil. Jika tuan rumah habis beres-beres rumah biasanya mereka akan mengumpulkan barang-barang rongsokan / butut di pojok rumah dan menunggu tukang botot lewat. Harganya beragam untuk gelas plastik mulai Rp.2.000 / kg plat kaleng Rp. 40.000/kg. dan lainnya disesuaikan dari harga pengepul. Meskipun terbilang murah, setidaknya ada symbiosis mutualisme, rumah bersih tak perlu banyak energi membuang ke tempat pembuangan dan sama-sama mendapatkan sedikit uang.

Sedikit cerita, saya punya pengalaman pahit dengan tukang botot meskipun tidak semua tukang botot begitu. Beberapa bulan setelah saya pindah rumah dan mulai memilah barang yang sudah tidak layak pakai untuk dibuang, suatu sore tukang botot lewat dan menawarkan diri  membeli barang rongsok di rumah, yang satu sibuk menimbang barang satu rekannya sibuk berkeliling sekitaran halaman mencari-cari mana yang dia rasa bisa dibeli. Ada beberapa barang yang memang tidak dijual karena akan dipakai Kembali seperti pagar besi, peranca, seng rumah. Sehingga memang disimpang di samping rumah dan ditutup spanduk bekas.

Singkat cerita selang beberapa hari saya kaget pagar besi dan seng disamping telah raib, bahkan pagar yang masih terpasang di gerbang nyaris terangkat. Saya langsung suudzon berfikir pelakunya pasti tukang botot kemarin, karena hanya mereka yang mengetahui posisi barang tersebut. Pagi itu juga abang saya langsung pergi ke penadah botot dan benar saja pagar besi dan seng sudah dicincang. Tukang botot menjual barang segitu banyak hanya Rp. 130.000 ( ditukar dengan sabu).  Jika dijual ditempat yang benar bisa mencapai Rp.500.000 karena masih dalam kondisi bagus. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi menjual barang bekas ke tukang botot keliling.

 

Aplikasi Kepul, siasati masalah sampah yang amburadul


Awal mula mengetahui adanya kepul dari seorang teman yang sudah lebih dulu menggunakan jasa kepul untuk menjual barang-berang tak terpakai dirumahnya. Ternyata aplikasi kepul cukup inovatif dan cocok dipakai kalangan millenal ke gen z yang ingin apa apa serba praktis.

Kenalan dengan Kepul

Kota Medan menjadi kota nomor empat penghasil timbulan sampah tahunan terbanyak 2023 yaitu sebanyak 645.661,28 ton. Kota Medan menghasilkan lebih kurang 2.000 ton sampah setiap hari dan sekitar 800 ton di antaranya berakhir di tempat pembuangan akhir. Lebih dari 1.000-1.200 ton sisanya rawan tidak tertangani. Keberadaan bank sampah di tengah masyarakat

diharapkan meningkatkan tradisi memilah dan mengelola sejak dari rumah. Aplikasi kepul merupakan terobosan dan inovasi baru dalam Upaya pengoptimalisasian jual beli sampah yang dapat di daur ulang, aplikasi ini dapat digunakan oleh masyarakat yang ingin menjual sampahnya kepada para pengepul, mereka yang bermata pencaharian dengan membeli sampah dari masyarakat untuk kemudian dijual kembali kepada pengepul besar ataupun pabrik daur ulang sampah. Di aplikasi kepul, masyarakat bisa menjual lebih dari 60 jenis sampah-sampah organik

dan non-organik. Pendiri aplikasi kepul adalah Abdul Latif, alumnus Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2018. Aplikasi Kepul pertama kali diluncurkan sebagai situs web pada 11 Maret 2018 dan tim Kepul diluncurkan pada Oktober 2018 sebagai aplikasi seluler. Alasan utama dibangunnya aplikasi kepul adalah melihat tingginya tingkat timbulan sampah di Indonesia. Jual beli sampah, sungguh efektif dan efisien kebermanfaatan dari aplikasi kepul. Aplikasi Kepul ini juga telah banyak mendapat Penghargaan Nasional maupun International Dengan adanya Kepul Masyarakat akan mudah mencari pengepul dan juga harga jual dari aplikasi Kepul cukup tinggi dan sampah yang dijual juga akan dijemput dengan gratis ongkos kirim.

Semanagat Abdul Latif menyelesaikan masalah sampah di Kota nya menginspirasi Astra untuk mengapresiasi dan berharap bisa menginspirasi banyak orang.

 

Sumber :

https://www.kompas.id/baca/sosok/2022/04/18/latif-menguangkan-sampah-mengatasi-masalah-kota

 

https://medan.tribunnews.com/2020/04/30/ada-aplikasi-kepul-kini-pengepul-tak-perlu-habiskan-tenaga-dan-bahan-bakar-untuk-kumpulkan-sampah?page=all

 

https://kepul.id/

Adelia Khoirani Sembiring, 2024, Peningkatan Kesadaran Lingkungan dan Pengurangan Sampah Bersama Kepul Online di Lingkungan Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial

You May Also Like

1 Comments

  1. Bicara soal sampah ini aku uda mulai coba ecobrick untuk sampah makanan dan detergent
    Untuk perbotolan dan kertas aku coba ke botot langsung.
    Menarik si Kepul ini untuk di coba.
    Thanks for the infi ya kak :)

    BalasHapus